MARKETING IS ABOUT RELATION BUILDING

Know what to say and how to say it

 Di bagian akhir film The Wolf of Wall Street, Jordan Belfort (diperankan oleh Leonardo Di Caprio) memberikan satu buah pulpen kepada salah satu peserta di sebuah workshop seraya berkata “sell me this pen”, setiap orang yang ia pilih selalu bilang “it’s an amazing pen”. Adegan dalam film ini mengajarkan banyak hal kepada saya soal marketing. Bahwa marketing bukanlah hanya sekedar bilang bahwa produk yang kita tawarkan adalah yang terbaik, melainkan ia adalah cara untuk membangun relasi antara perusahaan/produk dengan market itu sendiri. Sehingga marketing mempunyai beberapa tujuan yang harus dicapai.

Sebagai seorang marketer, kita harus tahu bagaimana karakteristik pasarnya. Di masa lampau, pembagian karakteristik pasar bisa jadi hanya bergantung pada nilai ekonomi yang mampu dikeluarkan seseorang, maka kita mengenal istilah klasifikasi menengah hingga atas. Di era digital, pembagian karakter ini lebih kompleks. Informasi bisa diakses oleh semua lini ekonomi sehingga membuat consumer behaviour menjadi lebih beragam. Maka, marketing hari ini bisa jadi bertumpu pada konten dan konteks bukan hanya sekedar menjual produk tapi juga bagaimana agar mempunyai ikatan dengan konsumen, terlebih lagi secara emosional. Inilah mengapa kita banyak yang menggunakan story telling dalam marketing. Menurut saya tantangan marketing hari ini adalah bagaimana produk yang ia bangun mempunyai keterikatan terhadap pasar. Maka dari itu marketing hari ini adalah tentang menjawab kegelisahan dan kebutuhan pasar yang tidak dimiliki oleh kompetitor.

Kita bisa melihat bagaimana marketing hari ini tidak bisa dipikirkan hanya dalam semalam; apa yang kita utarakan hari ini mungkin juga tidak bisa berdampak langsung pada saat itu juga. Untuk itulah kenapa kita harus benar-benar matang memikirkan strategi marketing yang jitu dan dinamis. Strategi marketing ini tidak harus selalu bertujuan untuk meningkatkan penjualan (sales) namun juga bisa jadi untuk memperkuat posisi relasi antara brand dan customer.

Kenapa Friendly Roastery

Groastery adalah perusahaan coffee roastery yang saya inisiasi, pada akhir 2014 lalu. Sempat bertahan selama dua tahun, namun akhirnya harus collapse. Evaluasi dari beberapa teman menunjukkan bahwa posisi brand kami menjadi tidak begitu jelas dan keterikatan emosional terhadap customer kurang. Dari kegagalan ini, kami memulai sesuatu yang baru. Kami belajar dari kesalahan di masa lampau. Marketing yang tadinya kami kerjakan secara serampangan, mulai kami susun kembali dengan strategi-strategi baru.

Ide friendly roastery kami dapat setelah berkaca bahwa coffee roastery saat itu tidak bisa melihat customer mereka setara. Yang terjadi  adalah banyaknya coffee roastery terkesan menggurui dan levelnya berada di atas customer-nya. Berkaca pada kompetitor, hal inilah yang kami strategikan: menjadi coffee roastery yang setara dengan customer-nya membangun jembatan komunikasi yang lebih baik. Hal ini kami implikasikan dalam produk dan packaging, meskipun belum sampai tahap final. Kami berharap bahwa nantinya Groastery bisa menjadi teman dari setiap orang.

Bisma Hakim

 


Leave a comment