Catatan mainbrand.id x Langit Senja: Produce, Manage, and Communicate Your Brand

Minggu lalu (6/12/2018) mainbrand.id diundang untuk ikutan acara seru di Lazy Sunday-nya Langit Senja. Cuaca yang berubah drastis dari awalnya panas lalu mendadak mendung tidak menyurutkan semangat partisipan untuk berdiskusi. Tepat pukul 14.30 diskusi Lazy Sunday dimulai dengan ditemani oleh Lia, Brand Strategy BASIC|LUDO.

Diskusi diawali dengan cerita Lia. Lia share pengalamannya banyak mendampingi klien membangun bisnis dan brand dan kegemarannya terhadap kopi dan aktivitas home brewing. Makin lama kita makin asik tenggelam dalam diskusi dengan teman-teman Langit Senja tentang bisnis dan industri coffee shop. Lia mencoba mengidentikkan bisnis coffee shop dengan bisnis clothing. Kedua lini bisnis itu sama-sama lini bisnis yang melejit sebagai rintisan anak muda. Bisnis clothing lebih dulu jadi lini bisnis idola anak muda lebih dari satu dekade lalu. Melihat pola trend dan perlakuan bisnisnya, distro menjadi usaha yang digandrungi. Bisnis ini cukup bertahan di waktu yang lama, namun belakangan ini bisnis ini terlihat surut. Beberapa tahun berikutnya menyusul tren bisnis coffee shop. Perkembangan coffee shop sebagai bisnis pun berkembang, baik sebagai bisnis FnB maupun bisnis destinasi dengan strength pada venue dan suasana yang ditawarkan kepada konsumen.

Di setiap sudut kota kita bisa dengan mudah menemukan coffee shop. Bisnis ini dirasa dapat menjadi alternatif jadi pengusaha dengan modal yang tidak begitu besar. Namun kemudian muncul pertanyaan. Apa saja yang perlu dilakukan oleh pengusaha coffee shop, inovasi-inovasi apa yang dibutuhkan untuk menopang keadaan dari kemungkinan surut seperti yang dialami oleh bisnis clothing.

Dari diskusi Lazy Sunday itulah didapatkan suatu gagasan bahwa pelaku coffee shop perlu membangun fondasi yang kuat. Alasan bisnis bangkrut bukan karena hal terkait modal, pasar, maupun kompetensi tapi karena adanya missed management.

Ada beberapa hal yang jadi pertanyaan temen-temen partisipan sebagai business owners/doers pemula. Gimana memulai bisnis: kumpulin modal dulu kah atau set up manajemen dulu? Kebingungan ini menjadi rumit di dalam kepala dan akhirnya tidak segera jalan untuk eksekusi. Menjawab pertanyaan bagaimana membangun bisnis dan memperkuat fondasi bisnis, Lia mengenalkan matriks segitiga Brand Intensive Methodology. Matriks terdiri dari tiga pilar utama sebuah bisnis: to produce, to manage, dan to communicate. Ketiga proses itu harus dijalankan bersama-sama dengan porsi perhatian yang sama kuatnya.

Untuk proses to communicate, membangun brand adalah salah satu elemen pendukungnya. Terkadang orang mengira brand adalah soal pengemasan bisnis, tapi pada kenyataannya bisnis adalah brand. Brand adalah definisi dari bisnis itu sendiri yang ingin disampaikan pesannya kepada pelanggan.

To Produce

Kalau alasan buka coffee shop karena punya keahlian dalam menyeduh kopi, mantan barista, atau hobi nge-brewing, atau tahu banget soal perkopian tahap ini bisa jadi awalan untuk membangun bisnis. Namun, bukan berarti cuma modal bisa bikin kopi aja pasti bisa buka bisnis coffee shop. Kita juga perlu peduli dengan printilan atau hal-hal lainya dari proses pembuatan kopi. Perlengkapan apa saja yang dibutuhkan, seperti gelas semua bentuk, lalu suplai bahan baku apa yang dibutuhkan, sampai produk apa saja yang dijual. Itu semua adalah hal hal yang perlu dipikirkan. Karena hal tersebut bisa mendukung dalam penyajian produk berkualitas sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Tidak menutup kemungkinan hal kecil tersebut menjadi driver income untuk coffee shop kita.

To Manage

Punya pengalaman berbisnis dan menguasai caranya bisa jadi awal yang baik dalam membangun bisnis. Memetakan seluruh aspek yang menentukan tata kelola dalam bisnis itu penting. Kita tidak boleh lupa bahwa tujuan bisnis itu adalah memperoleh keuntungan. Maka, management traffic seperti transaksi, human resource, pengelolaan konsumen, dan waktu penyelesaian harus tertata dengan baik. Pengabaian dari hal kecil bisa jadi bumerang di akhir nanti. Misalnya pengabaian pembelian sedotan saja jika dikalkulasikan selama satu tahun bisa berujung pada kerugian yang lumayan.

Manajemen juga tidak hanya soal internal saja. Perlu manajemen relasi dengan pelanggan seperti memberi varian customer care actions, seperti diskon dan giveaway gratis. Diskon tidak merugikan asal cara menghitungnya tepat, seperti penghitungan HPP. Terkadang keuntungan itu bukan semata-mata menaikan harga tapi ada HPP yang dibebankan di setiap produk. Kalau profit sudah ada di HPP, maka harga itulah yang didiskon.

To Communicate

Komunikasi tidak kalah penting untuk awal sebuah bisnis. Bisnis perlu punya network dan kemampuan komunikasi marketing yang baik. Saat ini marketing tidak lagi soal berjualan tapi soal bagaimana kita membantu pelanggan untuk membeli produk kita. “Story sharing” adalah cara yang mudah untuk membuat kita terhubung dengan pelanggan dalam komunikasi dua arah dengan cerita yang kita sampaikan. Jangan sampai mendikte pelanggan. Penyampaian motif berdirinya bisnis kita ke pelanggan melalui story sharing bisa mengkonversi follower menjadi buyer. Motif jugalah yang membuat coffee shop kita berbeda dengan lainnya. Dibutuhkan motif yang kuat agar bisnis yang menjalankan strategi red ocean- blue ocean.

Poin penting yang dapat disimpulkan dari to communicate adalah kita mesti mengubah sudut pandang dari seorang penjual menjadi customer sehingga kita tahu apa yang dibutuhkan oleh pelanggan, dan apa yang sedang diminati pelanggan

Nah, begitu kira-kira bahasan mainbrand bersama teman-teman partisipan di Lazy Sunday-nya Langit senja. Semoga semua sharing dan diskusi kita bisa menjadi bekal untuk membangun dan menjadi fondasi yang kuat bagi bisnis teman-teman partisipan.

Semangat dan sampai jumpa.


Leave a comment