#HistoryOfBrand: Perjalanan Brand Yang Hadir Sampai Saat Ini

Setelah sepanjang tahun kemarin kita banyak membahas soal brand, marketing, dan entrepreneur serta membahas bagaimana brand dijalankan, dikembangkan, dan pentingnya brand untuk bisnis. Nah,  di awal tahun ini mainbrand mau mengajak kalian untuk mundur ke awal di mana brand pertama kali muncul.

Dirangkum dari buku berjudul Strategic Brand Management oleh K. L. Keller, brand awalnya hanya dimaknai sebagai nama dari sebuah produk. Sebelum tahun 1860 seorang perajin tembikar membubuhkan cap pada karyanya agar dapat dengan mudah dibedakan dari karya perajin lainnya kala itu. Melihat ada banyak kemudahan yang dirasakan konsumen, cara yang serupa kemudian diadaptasi oleh produsen-produsen lain.

Perajin emas dan perak juga mencap karya mereka, lalu diikuti oleh petani tembakau yang melabeli cerutu mereka dengan nama-nama yang unik dan terdengar berkelas. Ada Smith’s Plug & Brown dan Black Twist. Produsen lilin dalam jumlah banyak, Procter & Gamble lalu menggunakan gambar bintang di badan lilin mereka sebagai logo.

Praktik memberi nama, label, cap, dan logo ini kemudian dianggap konsumen sangat memudahkan mereka dalam mengingat dan membedakan mana barang yang berkualitas, sekaligus memudahkan mereka saat ingin membeli kembali produk yang sama. Konsistensi kualitas akan lebih terjamin karena adanya penanda (brand) itu. Belum ditambah lagi dengan promosi mouth to mouth yang dilakukan di antara konsumen yang merasa puas dengan barang yang ia beli.

Lahirnya brand kemudian mempengaruhi produsen dan konsumen, tidak hanya dari aspek transaksi jual beli seperti di atas. Pengaruh turunan yang dialami oleh produsen itu sendiri adalah ekspansi pasar bagi bisnis mereka. Ini terjadi dikarenakan kredibilitas dan loyalitas yang berbuah pada permintaan besar, yang menghantar produsen dalam proses produksi massal. Produksi massal jelas membutuhkan sistem distribusi yang paling tidak harus sama besar daya jangkaunya.

Pasar juga terpengaruh dengan munculnya brand. Karena ada kekacauan di sana, yaitu, monopoli pasar. Jelas tidak sehat saat produsen-produsen kecil harus gulung tikar. Tidak sedikit yang kemudian melakukan imitasi atau bahkan pemalsuan produk demi mendapat profit dan atensi pasar. Respon produsen besar dengan akses lebih adalah dengan memasang iklan ekstrim yang mendekati, bahkan terkesan bohong di publik. Akhirnya muncul campur tangan pemerintah di pasar dalam bentuk regulasi yang mengatur ruang gerak pelaku bisnis.

Pengaruh lainnya adalah produsen itu sendiri, yang dalam rangka merespon semua kejadian kekacauan di pasar merasa bahwa bisnis tidak lagi berbicara produksi saja. Bahkan praktik marketing saja kemudian berkembang. Untuk itu pelaku bisnis ini merasa bahwa secara internal mereka juga membutuhkan manajemen khusus yang akan mengokohkan brand mereka di pasar.

Dari bahasan ini, mainbrand menangkap sesuatu kalau ada kesamaan antara dunia bisnis sekarang dengan dunia bisnis yang lalu. Selain itu, diperkuat dengan temuan tiga hal tentang brand dari sharing kalian di akun social media mainbrand.id. Apa saja temuannya? Pertama, brand adalah definisi dari bisnis. Kedua, brand adalah identitas yang perlu dijaga. Nama pada bisnis boleh sama, tapi brand lah yang membedakan satu bisnis dengan bisnis lainya.  Ketiga, brand berakar dari harapan dan tujuan. Simpulan ini membawa pernyataan bahwa bisnis perlu adanya brand management.

“Apa itu management brand, lalu apa bedanya manajemen pemasaran?”. Pertanyaan ini  sangat wajar karena semakin cairnya batasan kerja secara internal dan dalam praktiknya  keduanya terkesan serupa tapi tak sama. Manajemen pemasaran berfokus pada produk, sementara secara sederhana dapat dikatakan brand Management berfokus pada kredibilitas dan loyalitas konsumen.


Leave a comment