Catatan NgabuburitTalk Sesi 1: Positioning Is The Key For Your Business Social Media

Sabtu (11/5/2019) lalu mainbrand bersama tiga community partners Gowo Coffee, Langit Senja dan Inkloesif mengadakan NgabuburitTalk sesi 1 di Gowo Coffee. Acara ini merupakan forum diskusi dan sharing bersama dalam rangka ngabuburit atau menunggu waktu berbuka puasa. NgabuburitTalk yang pertama ini ditemani oleh sharing dari Theresia Karninda yang merupakan brand behavior expert BASIC|LUDO dan Jundulah Muizz founder dari Gowo Coffee dan Djaya Coffee Roasters.

Topik yang diusung pada pertemuan pertama NgabuburitTalk ini adalah “Who are you in social media?” Sering kali dalam  bermedia sosial kita hanya sekadar ikut trend saja dan lupa tujuan utama kita apa. Bahkan sering kali kita kehilangan karakter dan main story dari bisnis dalam media sosial.

Saat ini media sosial tidak lagi hanya sekadar placement. Media sosial memiliki entitas sendiri sehingga media sosial bisa menjadi tempat penyampai journey yang ingin kita tawarkan ke customer karena media sosial adalah media yang paling akrab dengan customer saat ini. Djaya Coffee Roasters misalnya, Jundulah Muizz yang akrab disapa Jundi ini mengelompokan platform media sosial yang digunakan Djaya Coffee Roasters berdasarkan fungsi dan karakternya menjadi tiga bagian.

Menurut Theresia, keberhasilan bisnis dalam bermedia sosial bukan dari jumlah likes atau followers tapi bisa dari dilihat dari engagement. Selain itu, word of mouth yang dilakukan oleh audience bisa juga menjadi indikator. Konten yang menarik dari akun kita bisa menjadi bahan obrolan komunitas dan niche audience, serta mendongkrak penjualan. Untuk mencapai keberhasilan itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bisnis dalam bermedia sosial.

1) Menentukan positioning

Positioning bisnis kita di media sosial berangkat dari business process. Ada tiga pendekatan di media sosial yaitu katalog, customer service, dan komunitas. Pendekatan katalog mengharuskan punya konsep clear tentang produk yang ditawarkan. Lalu media sosial yang memiliki positioning sebagai customer service pun harus sigap dan cekatan dalam menjawab dan melayani customer. Dan terakhir adalah pendekatan komunitas. Pendekatan ini dikatakan ideal karena bisa lebih akrab dengan customer dan makin tahu kebutuhan dan preferensinya. Kalau kita tahu positioning bisnis di media sosial, kita akan mudah menyampaikan cerita bisnis kita ke customer.

2) Menentukan objektif

Dalam diskusi, Dwiki founder Darat Coffee Lab menyatakan kalau media sosial  Darat Coffee Lab memiliki objektif untuk sharing soal proses yang mereka temui tentang kopi (dari biji sampai kopi yang tersaji). Dari situ, Dwiki ingin membangun komunitas dengan niche audience yang cukup spesifik: mereka yang care dan punya interest pada bidang tanaman kopi. Tujuan dalam bermedia sosial menjadi sangat penting dan menentukan cerita apa yang akan dipahami oleh audience.

3) Terbuka dengan perubahan

Hedar founder Nasi Kulit Syurga melayangkan pertanyaan bagaimana mengatasi kejenuhan audience terhadap akun media sosial bisnis. Jawabannya adalah mengikuti perubahan. Zaman terus berubah begitu juga selera audience. Maka penting untuk terus melakukan social listening pada audience agar kita tahu apa yang sedang mereka inginkan dan butuhkan.

4) Framing komunikasi

Saat ini adalah era story sharing. Customer menyukai bisnis yang banyak bercerita tentang produknya dan mengandalkan sharing dari orang yang sudah menggunakan produk dan jasa tersebut. Hard selling atau soft selling sudah tidak lagi diinginkan customer. Pastikan framing komunikasi kita di media sosial ada dalam model cerita atau sharing pengalaman.

Teman-teman setuju bahwa ketika keempat hal ini terpenuhi dan dapat dikelola dengan baik, konten yang disampaikan akan memiliki kekuatan efektif dalam mendukung positioning bisnis. Feel, gaya dan journey yang sama walau disampaikan melalui berbagai macam platform. Apa yang dilakukan oleh Jundi pada media sosial Djaya Coffee Roasters dapat dijadikan contoh. Dalam tiga pembagian jenis platform media sosial ,  Jundi tidak membagi positioning Djaya Coffee Roastery dalam media sosial. Namun dalam satu positioning ini karakter atau feel Djaya Coffee Roasters  dapat tersampaikan pada berbagai platform tersebut.

 

Nah, inilah temuan yang kita dapat dalam diskusi kemarin. Biar pemahaman kita semakin lengkap dan integratif, kita akan lanjut bahas tentang bagaimana membuat konten yang sesuai dengan business story yang kita bangun. Sabtu tanggal 18 Mei nanti kita ketemu lagi ya Genkz. Sampai jumpa!


Leave a comment